KETIKA JIWA MEMANGGIL
GANDRUNG (PANGGILAN JIWA YANG MENARI)
Apasih Gandrung itu?
Bagaimana sih sejarah Gandrung?
nyo, kita babarengan kutip sejarah lan cerita film Gandrung!!!
Sejarah
Menurut catatan
sejarah, gandrung pertama kalinya ditarikan oleh para lelaki yang didandani
seperti perempuan dan menurut laporan Scholte (1927), instrumen utama yang
mengiringi tarian gandrung lanang ini adalah kendang, akan tetapi biola juga
telah digunakan. Namun demikian, sekitar tahun 1890an gandrung laki-laki ini
perlahan berkurang dan lama-kelamaan hilang dari pentas Tari Gandrung
Banyuwangi, yang diduga karena ajaran Islam melarang laki-laki berdandan
seperti perempuan. Namun, tari gandrung laki-laki baru benar-benar lenyap pada
tahun 1914.
Karakteristik Tari Gandrung
Busana
lengkap Penari Gandrung
a.
Tata Busana Penari
Tata busana penari
Gandrung Banyuwangi sangat khas dan berbeda dengan tarian di bagian Jawa
lainnya, karena ada pengaruh Bali (Kerajaaan Blambangan) yang tampak.
Busana untuk tubuh
terdiri dari baju yang terbuat dari beludru berwarna hitam, dihias dengan
ornamen kuning emas, serta manik-manik mengkilat dan berbentuk leher botol yang
melilit leher hingga dada, sedangkan di bagian pundak dan separuh punggung
dibiarkan terbuka. Di bagian leher tersebut dipasang ilat-ilatan yang menutup
dada dan sebagai penghias bagian atas. Pada bagian lengan dihias masing-masing
dengan satu buah kelat bahu dan bagian pinggang dihias dengan ikat pinggang dan
sembong serta diberi kain berwarna-warni sebagai hiasan. Selendang selalu
dikenakan di bahu.
Pada bagian kepala
penari dipasangi hiasan seperti mahkota yang disebut omprok yang terbuat dari
kulit kerbau yang telah dibersihkan dan diberi ornamen berwarna emas dan merah
serta diberi ornamen tokoh Antasena, yaitu putra Bima yang berkepala raksasa
namun berbadan ular yang menutupi seluruh rambut penari gandrung. Pada masa
lampau ornamen Antasena ini tidak melekat pada mahkota melainkan setengah
terlepas seperti sayap burung. Tetapi sejak tahun 1960-an, ornamen ekor
Antasena ini kemudian dilekatkan pada omprok hingga seperti yang digunakan saat
ini.
Selanjutnya pada
mahkota tersebut diberi ornamen berwarna perak yang berfungsi membuat wajah
sang penari seolah bulat telur, serta ada tambahan ornamen bunga diatasnya yang
disebut cundhuk mentul. Sering kali, bagian omprok ini dipasang hio yang pada gilirannya
memberi kesan magis.
Penari gandrung
menggunakan kain batik dengan bermacam corak. Namun corak batik yang paling
banyak dipakai serta menjadi ciri khusus adalah batik dengan corak gajah oling,
dan corak tumbuh-tumbuhan dengan belalai gajah dengan dasar kain putih yang
menjadi ciri khas Banyuwangi. Sebelum tahun 1930-an, penari gandrung tidak
memakai kaus kaki, namun semenjak dekade tersebut penari gandrung selalu
memakai kaus kaki putih dalam setiap pertunjukannya.
Pada masa lampau,
penari gandrung biasanya membawa dua buah kipas untuk pertunjukannya. Namun
kini penari gandrung hanya membawa satu buah kipas dan hanya digunakan pada
bagian-bagian tertentu dalam pertunjukannya, khususnya dalam bagian seblang
subuh.Properti tambahan (Kipas)
b.
Musik Pengiring
Alat musik pengiring
untuk gandrung Banyuwangi terdiri dari: satu buah kempul atau gong, satu buah
kluncing (triangle), satu atau dua buah biola, dua buah kendhang, dan sepasang
kethuk. Selain itu kadang-kadang diselingi dengan saron Bali, angklung, atau
rebana sebagai bentuk kreasi dan diiringi electone.
Disamping
itu, pertunjukan juga diiringi panjak atau pengundang (pemberi semangat) yang
bertugas memberi semangat dan memberi efek lucu dalam setiap pertunjukan
gandrung. Peran panjak dapat diambil oleh pemain kluncing.
Tahapan-Tahapan Tari Gandrung
a.
Jejer
Tahapan ini merupakan. Pada
bagian ini, penari menyanyikan beberapa lagu dan menari secara solo. Para tamu
yang umumnya laki-laki hanya menyaksikan.
b.
Maju
Setelah jejer selesai,
maka penari mulai memberikan selendang-selendang kepada para tamu. Tamu-tamu
pentinglah yang terlebih dahulu mendapat kesempatan menari bersama-sama.
Biasanya para tamu terdiri dari empat orang, membentuk bujur sangkar dengan
penari berada di tengah-tengah. Gandrung akan mendatangi para tamu satu persatu
yang menari dengannya dengan gerakan-gerakan yang menggoda. Itulah esensi dari
tari gandrung, yakni menggambarkan hawa nafsu.
Setelah selesai menari,
penari akan mendatangi rombongan penonton, dan meminta salah satu penonton
untuk memilih lagu yang akan dibawakan. Acara ini diselang-seling antara maju
dan repen (nyanyian yang tidak ditarikan), dan berlangsung sepanjang malam
hingga menjelang subuh. Kadang-kadang pertunjukan ini menimbulkan kekacauan,
yang disebabkan oleh para penonton yang menunggu giliran atau mabuk, sehingga
perkelahian tak terelakkan lagi.
c.
Seblang Subuh
Bagian ini merupakan
penutup dari seluruh rangkaian pertunjukan gandrung Banyuwangi. Setelah selesai
melakukan maju dan beristirahat sejenak, dimulailah bagian seblang subuh.
Dimulai dengan gerakan penari yang perlahan dan penuh penghayatan, kadang
sambil membawa kipas yang dikibas-kibaskan menurut irama atau tanpa membawa
kipas sama sekali sambil menyanyikan lagu-lagu bertema sedih misalnya seblang
lokento. Suasana mistis terasa pada saat bagian seblang subuh ini, karena masih
terhubung erat dengan ritual seblang.
Ritual
seblang adalah suatu ritual penyembuhan atau penyucian yang masih dilakukan
oleh penari-penari perempuan lanjut usia meski sulit dijumpai. Pada masa
sekarang ini, bagian seblang subuh kerap dihilangkan meskipun sebenarnya bagian
ini menjadi penutup suatu pertunjukan pentas gandrung.
Sinopsis Film Gandrung
Di dalam film gandrung
di ceritakan seorang wanita yang lahir pada malam hari tepatnya pada tanggal 5
juli 1954 malam kamis wage, dan diberi nama Mesti. Pada umur 6 bulan Mesti
mengalami sakit yang tak kunjung sembuh, bude Mesti tak tega melihat keadaan Mesti yang terus sakit sakitan, kebetulan bude mesti tidak mempunyai seorang
anak dan mengangkat mesti sebagai anaknya. Bude mesti berjanji, jika mesti sembuh
dari sakitnya Mesti akan dijadikan sebagai penari gandrung. Setelah sembuh nama
mesti diganti menjadi Gandrung Temu Mudaiyah.
Mesti akhirnya menjadi
penari gandrung wanita pertama pada umur 15 tahun, Mesti belajar tari gandrung
pada tahun 1969. Teri gandrung biasanya dipentaskan pada acara hajatan,
nikahan, atau acara desa lainnya. Penari gandrung harus selalu melayani para
tamu undangan dengan ramah, rendah hati, tidak boleh pilih kasih. Di setiap
pementasan harus ada “peras” di kamar rias dan di tempat music, karena
merupakan salah satu persyaratan, jika tidak ada maka salah satu pemain akan
sakit atau mendapat halangan.
Mesti akhirnya dikenal
sebagai gandrung temu, dan banyak permintaan pementasan gandrung. Hasil dari
pementasan gandrus mesti kumpulkan untuk membeli macam-macam kebutuhannya,
karna gandrung pula banyak lelaki yang menyukai mesti. Pada umur 18 tahun Mesti menikah dengan cipto yang
pada saat itu umur mereka terpaut 2 tahun, tetapi karena umur mereka sama-sama
masih mudah dan lagi orang tua Cipto tidak setuju jika mesti menjadi penari
gandrung, mesti lebih memilih bercerai dan kembali menjadi penari gandrung pada
tahun 1975. Setelah semua kejadian itu mesti akhirnya menikah lagi dengan
Ridwan tahun 1977, tetapi lama kelamaan Mesti mulai merasakan ketidaknyamanan
kerena Ridwan terus bermain perempuan, dan memutuskan untuk bercerai.
Karena profesinya
sebagai penari gandrung, Mesti banyak menerima cemoohan dari warga sekitar
bahkan suaminya sendiri. Mesti sudah menikah beberapa kali tapi tidak juga
mempunyai keturunan, padahal mesti sangat ingin mempunyai seorang anak. Mesti berharap
allah memberikannya jodoh yang baik dan setia, jika mesti di berikan seorang
anak laki-laki atau perempuan akan dia jaga dan rawat dengan penuh kasih saying,
di sekolahkan setinggi tingginya, patuh terhadap orang tua dan keluarga, serta
jadi anak yang sholeh dan sholeha. Mesti berharap anak-anaknya kelak tidak jadi
penari gandrung seperti dia.
Didalam cerita film
gandrung juga terdapat nilai-nilai yang dapat kita petik, seperti:
- Manusia dan Cinta Kasih : Manusia dan cinta kasih, dimana dalam cerita gandrung mesti mengharapkan cinta kasih dari seorang laki-laki tanpa harus menginanya karnya dia seorang penari gandrung.
- Manusia dan Penderitaan : Dalam film gandrung, mesti mengalami banyak penderitaan dari mulai sakit yang tak kunjung sembuh, jadi penari gandrung yang banyak menuai hinaan dari orang sekitar, hingga kehidupan rumah tangganya yang selalu berujung dengan perceraian.
- Manusia dan Keindahan : Dalam tarian gandrung terdapat keindahan-keindahan dari gerak tubuh sang penari, keindahan music dan pakaian yang dikenakan sang penari.
- Manusia dan Harapan : Dalam tarian gandrung, sang penari berharap mendapatkan kehidupan rumah tangga yang selayaknya, berharap mendapatkan sosok suami yang setia, berharap mempunyai seorang anak yang kelak akan menjadi anak yang sholeh dan sholehah.
- Manusia dan Pandangan Hidup : Dalam film gandrung, kita dapat belajar bahwasanya apapun itu profesi sesorang, kita harus tetap menghargai dan menghormati apapun itu bentuk profesinya, karena itu sudah jadi pilihan dan jalan yang Allah SWT berikan.
- Manusia dan Tanggung Jawab : Dalam film gandrung menceritakan seorang penari yang tetap bertanggung jawab atas pekerjaannya, walaupun dia banyak menuai cemoohan, sindiran, bahkan sampai terjadi pelecehan seksual, akan tetapi sang penari tetap menari sampai selesai dengan tetap ramah kepada semua tamu, dan menjaga diri dari hal-hal yang mungkin terjadi.
Itulah
hasil analisis tentang film gandrung, semoga dengan membaca blog ini, kita
sebagai generasi penerus dapat terus menjaga dan melestarikan kebudayaan yang
ada di Indonesia.
BIAR LEBIH JELAS, YUKKK TONTON FILMNYA LANGSUNG, AGAR KITA LEBIH MENGENAL BUDAYA
https://youtu.be/cQNoo3Cqt2I
BIAR LEBIH JELAS, YUKKK TONTON FILMNYA LANGSUNG, AGAR KITA LEBIH MENGENAL BUDAYA
https://youtu.be/cQNoo3Cqt2I
Referensi:
https://belajar.kemdikbud.go.id/PetaBudaya/Repositorys/tari_gandrung/
CAI erlearning gunadarma
Komentar
Posting Komentar